Thursday, May 28, 2015

Kisah Senja dan Bintang

Aku jatuh, aku babak belur, aku sekarat tanpamu...
                                                
                Kau kini datang saat semuanya berubah. Apa yang membuatmu menjadi gila? Aku? Atau temanmu yang semuanya BUSUK itu? Atau apa?
                Ini sebuah kisah Senja dan Bintang....
...
                Untuk kali pertama aku melihat wajahnya. Wajah yang aku muak dikemudian hari begitu menarik saat itu. Dia, Bintang. Orang yang membuatku sangat bahagia.
                Saat itu Bintang mengunjungi rumah temanku yang juga temannya. Entah untuk keperluan apalah itu, singkat cerita kita bertemu. Tatapan hangat dengan muka yang hampir tanpa ekspresi itu, mampu membiusku seketika. Bintang, adalah pria dengan segala kerendahan hatinya yang mampu membuatku ikhlas jika harus terbujur kaku. Dia pria yang bisa membuat hatiku bergetar kembali, setelah beberapa kejadian tragis yang dialami hatiku.
                Semakin hari aku dan bintang semakin akrab, perbincangan yang tidak penting dibicarakan terasa harus dibicarakan saat itu. Entah sihir apa yang dimainkannya. Aku menganggap sosok ini berbeda. Sosok ini wajib kumiliki. Dengan perkenalan kami yang singkat, akhirnya aku dan Bintang merajut kasih.
                Hari-hari kami sangatlah indah. Berbagai masalah kecil menghampiri kami, tapi kami bagai karang yang diterpa ombak, kami tak goyah sedikitpun. Kami punya banyak mimpi dikemudian hari. Mimpi sepasang anak muda yang lugu dan terbuai oleh cinta. Mimpi yang kurang realistis,menurutku saat ini. Mimpi yang saat ini fiktif diwujudkan,  tapi kami berani bermimpi saat itu. Kami punya rencana untuk beberapa tahun kedepan. Cih, menjijikan bukan?
                Kejadian apapun kami lalui berdua. Bahkan kami mungkin agak melupakan kehidupan kami masing-masing. Bintang memiliki tempat tersendiri dihatiku, mungkin begitupun dengan aku dihatinya.
                Masalah yang lebih besarpun datang kepada kami, terseok-seok kami menghadapinya. Pincang kami saat itu, Bintang hampir menyerah, tapi kuyakinkan dengan sedikit tenagaku yang tersisa. Bintang sudah hampir bangkit, Bintang telah mampu berdiri. Namun disaat aku mengajaknya kembali berjalan ke depan. Justru Bintang lelah, dia benar-benar lelah. Tak bisa ia lawan dirinya sendiri. Dia memutuskan untuk menaiki mobil yang lewat pada saat itu, untuk berbalik arah. Kembali ke titik awal kita berjalan, bahkan mungkin menjauhi titik tersebut. Meninggalkan aku yang telah terluka parah, membuangku yang sedang butuh diobati. Tak perlulah aku diobati, hanya dengan ikut jalan bersamaku menggenggam tanganku saja itu suatu kekuatan untukku. Namun Bintang tak bisa seperti itu, Bintang menyerah saat aku sangat ingin berjuang. Bintang kurang paham artinya saling menyayangi. Dan aku akan terus berjalan ke arah matahari tenggelam. Aku terus berjalan, terseok-seok bahkan sesekali beristirahat untuk menengok ke belakang. Berharap Bintang kembali mengejarku dan melambaikan tangannya untukku. Dengan luka di sekujur badan, aku terus berjalan. Aku kehausan. Tak sadar pada saat perjalanan sebelumnya dengan Bintang aku banyak melewati sungai, air terjun indah, hamparan laut yang megah, aku bisa saja berhenti sejenak. Tapi aku terlalu fokus dengan Bintang. Aku terlalu ingin membuat Bintang menikmati perjalanan kami.
                Saat ini aku kehausan, tubuhku lemas dan aku berada dalam taraf titik paling bawah. Namun Bintang telah jauh berputar arah, entah ia kemana. Mengambil jalan yang kita tidak lewati. Sampai akhirnya aku berada di sebuah taman indah nan megah, yang terdapat banyak kenikmatannya. Sayang, Bintang tidak ikut aku sampai kesini, ia menyerah pada saat yang salah. Aku sangat ingin menikmati kenikmatan ini dengannya, namun aku sadar bukan di sini tempatnya Bintang, ia akan kembali ke langit dan hanya ada jika senja telah tiada.


No comments:

Post a Comment