Thursday, May 28, 2015

Kisah Senja (yang tak lagi) Besama Bintang

Kini Senja telah menemukan tempatnya. Senja menemukan tempat yang indah. Sesekali Senja teringat sang Bintang yang ia sangat harapkan untuk kembali. Tapi kini jalan Senja dan Bintang sudah berbeda, mereka gagal bertemu di jalan yang sama. Senja berharap di depan jalannya terdapat persimpangan yang mungkin saja mempertemukan mereka. Senja hanya rindu pada Bintang, sangat rindu. Sesekali Senja mengadahkan kepalanya ke atas berharap Bintang muncul dan kembali padanya. Berbulan-bulan Bintang tak kunjung menghampirinya. Senja hampir menyerah, sesekali Senja melirik sekitarnya untuk memperoleh kebahagiaan. Karena Senja tak mau terlalu berharap oleh Bintang yang entah dimana. Sepanjang jalan yang dilalui Senja bertemu beberapa sungai, rawa, hutan. Tapi ia tak menemukan Bintang. Hatinya hanya mau Bintang, dan ia harus babak belur untuk melupakan keinginan hatinya tersebut. Senja tak hanya berharap, tapi mungkin Senja sudah kehilangan akal sehatnya, sesekali berhalusinasi dan berkhayal. Senja terlihat tangguh, namun ia rapuh. Tanpa Bintang senja tak menunjukan rona jingganya. Senja tak bisa hadirkan kebahagiaan di rautnya. Sangat setia Senja menunggu Bintang, sering kali ia membalikan badan, dan menengok ke belakang dengan harapan ada Bintang disana, dengan tatapan penuh harap dan mengejar Senja sejak lama. Namun, nihil.
***
Bintang tak pernah tunjukan rupanya. Entah apa maksudnya. Mungkin ia sudah menyerah terlalu jauh. Dan berpikir akan sia-sia jika mengejar Senja yang terus berjalan. Bintang berpikir Senja sudah cukup bahagia tanpanya. Pikirnya Senja dapat menemukan barat untuk ia menenggelamkan hatinya disana. Padahal disisi lain Senja terseok-seok menahan semuanya. Air yang ia minum tak lagi sama saat ia minum bersama Bintang, udara yang ia hirup tak sesejuk saat Bintang dan Senja masih saling menyemangati untuk tetap hidup bersama-sama. Kaki yang ia langkahkan tak lagi sekuat dulu saat ia merangkul Bintang. Jiwa yang ia miliki tak serupa saat Bintang belum menyatakan kalau ia menyerah. Yang terpenting, sekeping hatinya tak lagi sempurna dulu pada saat mereka saling mengindahkan dunia masing-masing.
Bintang tak tahu itu semua, entah bodoh atau memang sudah menganggap itu bukan urusannya. Pedulikah? Tidak jawabannya. Membiarkan Senja serapuh-rapuhnya adalah pekerjaan baru Bintang. Bintang yang berputar arah, tak menemukan jalan yang ia bayangkan. Tak menemukan titik awal ia pertama kali melangkah. Ia hilang arah entah kemana. Kehilangan dirinya dan Senja. Malah ia diliputi rasa sesal dan kesal. Ingin menemui Senja kembali. Menemui kenangan yang terdahulu. Ingin berjalan di jalan yang sama lagi. Sungguh Bintang kehilangan jalurnya. Berputar, berlari, menyusuri lorong sudah dilakukan Bintang. Tapi tetap saja bintang tak menemukan titik awalnya melangkah, apalagi menemukan Senja.
***

Sampailah senja di satu titik. Barat. Tempat ia berlabuh, tempat ia menentramkan emosinya. Tempat ia menenggelamkan seluruh hati, jiwa, kesedihan, dan kesenangannya. Ia tidk perlu menanggung semuanya sendiri sekarang, ada Barat tempatnya berlabuh. Meskipun tak ada Bintang disana, akhirnya Senja tersenyum untuk yang pertama kalinya setelah ia murung beberapa waktu lalu. Senja siap menunjukan jingganya sekarang...

No comments:

Post a Comment