Kini Senja telah
menemukan tempatnya. Senja menemukan tempat yang indah. Sesekali Senja teringat
sang Bintang yang ia sangat harapkan untuk kembali. Tapi kini jalan Senja dan
Bintang sudah berbeda, mereka gagal bertemu di jalan yang sama. Senja berharap di
depan jalannya terdapat persimpangan yang mungkin saja mempertemukan mereka.
Senja hanya rindu pada Bintang, sangat rindu. Sesekali Senja mengadahkan
kepalanya ke atas berharap Bintang muncul dan kembali padanya. Berbulan-bulan
Bintang tak kunjung menghampirinya. Senja hampir menyerah, sesekali Senja
melirik sekitarnya untuk memperoleh kebahagiaan. Karena Senja tak mau terlalu
berharap oleh Bintang yang entah dimana. Sepanjang jalan yang dilalui Senja
bertemu beberapa sungai, rawa, hutan. Tapi ia tak menemukan Bintang. Hatinya
hanya mau Bintang, dan ia harus babak belur untuk melupakan keinginan hatinya
tersebut. Senja tak hanya berharap, tapi mungkin Senja sudah kehilangan akal
sehatnya, sesekali berhalusinasi dan berkhayal. Senja terlihat tangguh, namun ia
rapuh. Tanpa Bintang senja tak menunjukan rona jingganya. Senja tak bisa
hadirkan kebahagiaan di rautnya. Sangat setia Senja menunggu Bintang, sering
kali ia membalikan badan, dan menengok ke belakang dengan harapan ada Bintang
disana, dengan tatapan penuh harap dan mengejar Senja sejak lama. Namun, nihil.
***
Bintang tak
pernah tunjukan rupanya. Entah apa maksudnya. Mungkin ia sudah menyerah terlalu
jauh. Dan berpikir akan sia-sia jika mengejar Senja yang terus berjalan.
Bintang berpikir Senja sudah cukup bahagia tanpanya. Pikirnya Senja dapat
menemukan barat untuk ia menenggelamkan hatinya disana. Padahal disisi lain
Senja terseok-seok menahan semuanya. Air yang ia minum tak lagi sama saat ia
minum bersama Bintang, udara yang ia hirup tak sesejuk saat Bintang dan Senja
masih saling menyemangati untuk tetap hidup bersama-sama. Kaki yang ia
langkahkan tak lagi sekuat dulu saat ia merangkul Bintang. Jiwa yang ia miliki
tak serupa saat Bintang belum menyatakan kalau ia menyerah. Yang terpenting,
sekeping hatinya tak lagi sempurna dulu pada saat mereka saling mengindahkan
dunia masing-masing.
Bintang tak tahu
itu semua, entah bodoh atau memang sudah menganggap itu bukan urusannya.
Pedulikah? Tidak jawabannya. Membiarkan Senja serapuh-rapuhnya adalah pekerjaan
baru Bintang. Bintang yang berputar arah, tak menemukan jalan yang ia
bayangkan. Tak menemukan titik awal ia pertama kali melangkah. Ia hilang arah
entah kemana. Kehilangan dirinya dan Senja. Malah ia diliputi rasa sesal dan
kesal. Ingin menemui Senja kembali. Menemui kenangan yang terdahulu. Ingin
berjalan di jalan yang sama lagi. Sungguh Bintang kehilangan jalurnya.
Berputar, berlari, menyusuri lorong sudah dilakukan Bintang. Tapi tetap saja
bintang tak menemukan titik awalnya melangkah, apalagi menemukan Senja.
***
Sampailah senja
di satu titik. Barat. Tempat ia berlabuh, tempat ia menentramkan emosinya.
Tempat ia menenggelamkan seluruh hati, jiwa, kesedihan, dan kesenangannya. Ia
tidk perlu menanggung semuanya sendiri sekarang, ada Barat tempatnya berlabuh.
Meskipun tak ada Bintang disana, akhirnya Senja tersenyum untuk yang pertama
kalinya setelah ia murung beberapa waktu lalu. Senja siap menunjukan jingganya
sekarang...
No comments:
Post a Comment