Monday, February 25, 2013

My Cinderella Story



    
     Pernah kah kalian terjebak dalam khayalan atau imajinasi kalian sendiri?
     Pernahkah kalian berimajinasi sampai dijadikan ambisi untuk menjadi nyata?
     Jika belum, aku akan membagi kisah tentang imajinasi besarku.
     Dulu sekali waktu aku kecil, mungkin 15-17 tahun yang lalu, ibuku pernah bercerita tentang cinderella yang menemukan pangerannya lewat sepatu kacanya yang tertinggal, di cerita itu cinderella mempunyai peri yang bisa mengubah buah labu menjadi kereta kencana, yang bisa mengubah tikus-tikus menjadi kuda yang menarik kereta kencananya. Peri itu berkata kalau setelah jam 12 malam semuanya akan kembali seperti semula. Benar saja Cinderella menjadi upik abu kembali, setelah lonceng berbunyi yang tandanya sudah jam 12 malam tepat.
       Apakah sebelum jam 12 malam Cinderella itu hanya berimajinasi? Imajinasi yang diwujudkan seorang peri, apa itu hanya ilusi Cinderella. Dan kenapa sepatu Cinderella itu tertinggal? Apa ilusi dan imajinasi itu telah dibentuk oleh si ibu peri? Mengapa ukuran kaki seluruh wanita di kota itu tidak ada yang pas oleh sepatu yang ditinggalkan Cinderella? Apa seistimewa itukah ukuran kaki Cinderella? Mengapa pangeran tidak berkenalan dengan Cinderella? Sampai petunjuk satu-satunya menemukan Cinderella hanya dengan sepatu yang hanya tinggal sebelah?
      Mengapa? Ilusi dan imajinasi Cinderella menjadi nyata? Apa yang akan terjadi jika sepatu Cinderella tidak tertinggal? Apa yang akan terjadi jika peri itu tidak datang? Apa selama ini kita (para anak-anak) tidak mengetahui cerita sebenarnya yang dialami Cinderella. Apabila ternyata semua cerita itu hanyalah imajinasi Cinderella, atau imajinasi sang penulis sehingga anak-anak bermimpi agar menjadi Cinderella? Yang bisa bertemu pangeran berkuda putih yang gigih menemukan belahan jiwanya?
Siapakah pangeran itu? Apa pangeran itu tidak punya nama? Apa ada yang tahu nama sang pangeran? Apakah ini berarti setiap "Cinderella" mempunyai pangerannya masing-masing?
      Akibat sang penulis yang mengarang cerita Cinderella, inilah my Cinderella story.
     Aku bukan seorang upik abu, tapi aku seorang yang sedang berkhayal. Aku berkhayal mempunyai sepatu kaca yang cantik. Jadi kalau nanti aku melihat orang yang mirip pangeran, aku akan tinggalkan sepatuku di dekatnya. Agar nanti dia mencari ku.
      Sampai sekarang aku belum bisa menemukan sepatu kacaku, walau ada pangeran di dekatku saat ini. 3 tahun aku memperhatikan calon pangeranku. Dibalik meja ini aku selalu memperhatikannya, 3 tahun lamanya.
     Tahun pertama, di hari pertama aku melihatnya. Aku yakin dialah pangeran yang dikirim ibu peri untukku. Tapi, dia mendekap seorang Cinderella lain. Tapi tak apa, kupikir itu bukanlah Cinderellanya, akulah Cinderellanya. Bukankah sebelum bertemu Cinderella sang pangeran juga bertemu 1000 wanita lain?
      Setelah tahun kedua, aku masih melihat pangeranku menggenggam tangan wanita yang dia anggap itu adalah Cinderellanya. Tapi aku yakin, aku lah sang Cinderella mu hai pangeranku! Mengapa tak sedikitpun kau menoleh padaku.
      Hari demi hari sang pangeran berganti-ganti genggaman dan dekapan. Banyak sekali yang dia anggap Cinderella, tapi ternyata dia belum menemukan yang asli, karena Cinderella nya itu adalah aku. Akhir tahun kedua aku memperhatikannya, aku memberanikan diri untuk berbicara padanya. Pertama aku berdiri dihadapannya dan Cinderella palsu itu. Dia hanya melirik. Dan berlalu begitu saja.
      Dan esok harinya aku mencoba berbicara padanya, walau aku hampir ingin mati karenanya. Tapi tekad ku sudah bulat, aku harus meninggalkan sepatu di hadapannya, lalu berlari kencang, dan pasti dia akan mencariku.
       Tapi ibu peri ku belum tiba, siapa yang akan memberikanku sepatu kaca? Aku harus membuatnya sendiri! Aku lah ibu peri untuk diriku. Sesuai dengan yang aku bayangkan sepatu kaca ku jadi sudah. Aku taruh ini di hadapan sang pangeranku. Lalu aku berlari kencang. Seakan jam telah menunjukan jam 12 malam.
     Ternyata pangeranku tak mengejar aku. Dia hanya menyimpan sepatu kaca indah milikku.
     Dan lusa adalah tepat tahun ketiga aku memperhatikan pangeranku. Aku harus mendapatkannya. Aku harus memberitahunya bahwa akulah Cinderella nya. Akulah pemilik sepatu itu, akulah yang harusnya dia genggam tangannya, dia dekap erat saat hujan, dia kecup keningnya saat aku sedih. Bukan berbagai wanita yang selama ini dia genggam tangannya, dia rangkul tubuhnya. Dia usap airmatanya.
     Akhirnya tepat 3langkah dari hadapannya, aku berbicara
     "Hai pangeranku, aku lah Cinderella yang selama ini kamu cari, kaki ku lah yang pas dengan ukuran sepatu yang kamu temukan saat itu, akulah yang memperhatikanmu selama 3 tahun. Bersabar dan ikhlas melihat mu dengan wanita yang kamu anggap Cinderella mu, aku sabar sampai kamu menemukanku. Tapi, kamu tak kunjung mencariku. Kamu tak kunjung menemukanku, jadi cerita Cinderella yang selama ini aku ubah, Cinderella lah yang mencari pangeran, Cinderella lah yang sekarang menemukan pangeran. Dan itu kau dan aku"
    
    Pangeranku hanya terdiam. Dan hanya diam. Dia bingung, karna ini seperti bukan nyata untuknya. Dan dari kejauhan seorang wanita memakai sepatu kaca milikku, dan mempunyai pasangannya. Sekarang aku yang terkejut, aku yang menganggap ini bukan nyata.
     Dan memang,  ini hanyalah imajinasi Cinderella. Yang sedari tadi memperhatikan pangeranku, bersama Cinderella nya yang mengenakan sepasang sepatu kaca indah.
     Selama 3 tahun memang aku hanya bisa memperhatikan dari balik meja kashirku. Meja kerjaku, sambil berimajinasi tentang pangeranku yang selalu datang ke restoran tempatku bekerja. Imajinasiku, telah menjadi nyata di dunia khayalku. Dan kenyataannya, aku adalah imajinasi dalam tulisan ini.


Selesai..

Thanks for reading, semoga kita menemukan pangeran yang sedang membawa sebelah pasang sepatu kaca kita yang tertinggal. :)

No comments:

Post a Comment