Pernah kah kalian
terjebak dalam khayalan atau imajinasi kalian sendiri?
Pernahkah kalian
berimajinasi sampai dijadikan ambisi untuk menjadi nyata?
Jika belum, aku
akan membagi kisah tentang imajinasi besarku.
Dulu sekali waktu
aku kecil, mungkin 15-17 tahun yang lalu, ibuku pernah bercerita tentang cinderella
yang menemukan pangerannya lewat sepatu kacanya yang tertinggal, di cerita itu
cinderella mempunyai peri yang bisa mengubah buah labu menjadi kereta kencana,
yang bisa mengubah tikus-tikus menjadi kuda yang menarik kereta kencananya.
Peri itu berkata kalau setelah jam 12 malam semuanya akan kembali seperti
semula. Benar saja Cinderella menjadi upik abu kembali, setelah lonceng
berbunyi yang tandanya sudah jam 12 malam tepat.
Apakah sebelum
jam 12 malam Cinderella itu hanya berimajinasi? Imajinasi yang diwujudkan
seorang peri, apa itu hanya ilusi Cinderella. Dan kenapa sepatu Cinderella itu
tertinggal? Apa ilusi dan imajinasi itu telah dibentuk oleh si ibu peri?
Mengapa ukuran kaki seluruh wanita di kota itu tidak ada yang pas oleh sepatu
yang ditinggalkan Cinderella? Apa seistimewa itukah ukuran kaki Cinderella?
Mengapa pangeran tidak berkenalan dengan Cinderella? Sampai petunjuk
satu-satunya menemukan Cinderella hanya dengan sepatu yang hanya tinggal
sebelah?
Mengapa? Ilusi
dan imajinasi Cinderella menjadi nyata? Apa yang akan terjadi jika sepatu
Cinderella tidak tertinggal? Apa yang akan terjadi jika peri itu tidak datang?
Apa selama ini kita (para anak-anak) tidak mengetahui cerita sebenarnya yang
dialami Cinderella. Apabila ternyata semua cerita itu hanyalah imajinasi
Cinderella, atau imajinasi sang penulis sehingga anak-anak bermimpi agar
menjadi Cinderella? Yang bisa bertemu pangeran berkuda putih yang gigih
menemukan belahan jiwanya?
Siapakah pangeran itu? Apa pangeran itu tidak punya nama?
Apa ada yang tahu nama sang pangeran? Apakah ini berarti setiap
"Cinderella" mempunyai pangerannya masing-masing?
Akibat sang
penulis yang mengarang cerita Cinderella, inilah my Cinderella story.
Aku bukan seorang
upik abu, tapi aku seorang yang sedang berkhayal. Aku berkhayal mempunyai
sepatu kaca yang cantik. Jadi kalau nanti aku melihat orang yang mirip
pangeran, aku akan tinggalkan sepatuku di dekatnya. Agar nanti dia mencari ku.
Sampai sekarang
aku belum bisa menemukan sepatu kacaku, walau ada pangeran di dekatku saat ini.
3 tahun aku memperhatikan calon pangeranku. Dibalik meja ini aku selalu
memperhatikannya, 3 tahun lamanya.
Tahun pertama, di
hari pertama aku melihatnya. Aku yakin dialah pangeran yang dikirim ibu peri
untukku. Tapi, dia mendekap seorang Cinderella lain. Tapi tak apa, kupikir itu
bukanlah Cinderellanya, akulah Cinderellanya. Bukankah sebelum bertemu
Cinderella sang pangeran juga bertemu 1000 wanita lain?
Setelah tahun
kedua, aku masih melihat pangeranku menggenggam tangan wanita yang dia anggap
itu adalah Cinderellanya. Tapi aku yakin, aku lah sang Cinderella mu hai
pangeranku! Mengapa tak sedikitpun kau menoleh padaku.
Hari demi hari
sang pangeran berganti-ganti genggaman dan dekapan. Banyak sekali yang dia
anggap Cinderella, tapi ternyata dia belum menemukan yang asli, karena
Cinderella nya itu adalah aku. Akhir tahun kedua aku memperhatikannya, aku
memberanikan diri untuk berbicara padanya. Pertama aku berdiri dihadapannya dan
Cinderella palsu itu. Dia hanya melirik. Dan berlalu begitu saja.
Dan esok harinya
aku mencoba berbicara padanya, walau aku hampir ingin mati karenanya. Tapi
tekad ku sudah bulat, aku harus meninggalkan sepatu di hadapannya, lalu berlari
kencang, dan pasti dia akan mencariku.
Tapi ibu peri
ku belum tiba, siapa yang akan memberikanku sepatu kaca? Aku harus membuatnya
sendiri! Aku lah ibu peri untuk diriku. Sesuai dengan yang aku bayangkan sepatu
kaca ku jadi sudah. Aku taruh ini di hadapan sang pangeranku. Lalu aku berlari
kencang. Seakan jam telah menunjukan jam 12 malam.
Ternyata
pangeranku tak mengejar aku. Dia hanya menyimpan sepatu kaca indah milikku.
Dan lusa adalah
tepat tahun ketiga aku memperhatikan pangeranku. Aku harus mendapatkannya. Aku
harus memberitahunya bahwa akulah Cinderella nya. Akulah pemilik sepatu itu,
akulah yang harusnya dia genggam tangannya, dia dekap erat saat hujan, dia
kecup keningnya saat aku sedih. Bukan berbagai wanita yang selama ini dia
genggam tangannya, dia rangkul tubuhnya. Dia usap airmatanya.
Akhirnya tepat
3langkah dari hadapannya, aku berbicara
"Hai
pangeranku, aku lah Cinderella yang selama ini kamu cari, kaki ku lah yang pas
dengan ukuran sepatu yang kamu temukan saat itu, akulah yang memperhatikanmu
selama 3 tahun. Bersabar dan ikhlas melihat mu dengan wanita yang kamu anggap
Cinderella mu, aku sabar sampai kamu menemukanku. Tapi, kamu tak kunjung
mencariku. Kamu tak kunjung menemukanku, jadi cerita Cinderella yang selama ini
aku ubah, Cinderella lah yang mencari pangeran, Cinderella lah yang sekarang
menemukan pangeran. Dan itu kau dan aku"
Pangeranku hanya
terdiam. Dan hanya diam. Dia bingung, karna ini seperti bukan nyata untuknya. Dan
dari kejauhan seorang wanita memakai sepatu kaca milikku, dan mempunyai
pasangannya. Sekarang aku yang terkejut, aku yang menganggap ini bukan nyata.
Dan memang, ini hanyalah imajinasi Cinderella. Yang sedari
tadi memperhatikan pangeranku, bersama Cinderella nya yang mengenakan sepasang
sepatu kaca indah.
Selama 3 tahun
memang aku hanya bisa memperhatikan dari balik meja kashirku. Meja kerjaku,
sambil berimajinasi tentang pangeranku yang selalu datang ke restoran tempatku
bekerja. Imajinasiku, telah menjadi nyata di dunia khayalku. Dan kenyataannya,
aku adalah imajinasi dalam tulisan ini.
Selesai..
Thanks for reading, semoga kita menemukan pangeran yang
sedang membawa sebelah pasang sepatu kaca kita yang tertinggal. :)
No comments:
Post a Comment